Ini Beberapa Keegoisan Seorang Suami

1. Saat pada malam hari anak menangis, kerap berujar kepada istri, "Anakmu itu bisa didiamkan tidak, supaya tidak mengganggu waktu istirahatku. Besok harus bangun pagi untuk kerja." Giliran sang anak sudah besar, meraih prestasi yang membanggakan dan orang-orang berkata "Anak itu memang hebat" dengan entengnya menjawab: "Siapa dulu bapaknya!".

2. Saat pulang kerja karena lelah, kerap berujar kepada istri; "Aku capek nanti malam pijat badanku, sekarang aku mau mandi pakai air hangat." Giliran sang istri berujar hal yang sama, malah berkata apa capeknya kerja di rumah yang tidak berhubungan dengan nafkah. Padahal nafkah bukan sekadar materi, tetapi juga pengorbanan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membuat rumah menjadi nyaman, penghuninya mendapatkan nutrisi yang cukup serta doa tulus dalam dua rakaat saat suami sibuk mencari rezeki agar diberi kelancaran oleh Sang Maha Kuasa.

3. Saat istri menegur untuk meluruskan pendapat yang dianggapnya kurang tepat, kerap berujar; "Jangan cerewet, tugasmu bukan untuk menceramahiku. Aku tahu apa yang harus kulakukan." Giliran istri berpendapat yang dianggap kurang tepat malah dimarahi, sudah begitu masih minta dipahami bahwa ujaran lelaki butuh dipatuhi. Harusnya sebagai suami mengerti, watak dasar perempuan itu 'peka terhadap bahasa', sehingga sangat wajar apabila ada tuturan yang dianggap kurang bijaksana langsung merespon karena baginya dalam rumah tangga kesanggupan mengingatkan satu sama lain menuju kebaikan menjadi modal yang sangat berharga.

4. Saatnya merenung, kehadiran seorang istri dalam hidup bukan sekadar mendampingi tetapi juga berhak melindungi dengan caranya sendiri. Melindungi suami melalui hal-hal yang membuatnya menemukan ketenangan batin seperti merawat anak-anak dengan baik, menjadi pendengar yang baik, serta memberikan pertimbangan apabila yang didengarnya dianggap kurang baik. Maka cobalah menghargai istrimu, bukankah untuk mencapai rumah tangga sakinah, mawaddah, warahmah itu butuh kerjasama? Berilah kesempatan baginya untuk menyuarakan aspirasinya, apabila ada kebaikan terimalah dengan lapang dada. Percayalah hal yang demikian akan membuat rumah tangga semakin baik adanya. 

Penulis: Arief Siddiq Razaan

Komentar